twitter


Member's of Nenk-Nonk















Oleh: Juniarni Wikas

“ Dhit, lu tau ga, ternyata murid barunya itu seorang PEREMPUAN, bukan laki-laki kaya yang selama ini kita harapkan.”

Membaca sms itu, Dhita merasa dunianya runtuh seketika. Karena cowok ganteng yang selama ini dia harapkan ternyata nggak pernah jadi kenyataan.

****

“ Selamat pagi teman-teman. Perkenalkan nama saya Putri. Saya murid pindahan dari Surabaya,” beritahu Putri pada teman-teman barunya pada saat sesi perkenalan.

“Putri kamu duduk di sebelah Shelly,” perintah pak Rusli, wali kelas Shelly.

Karena hanya tempat Shelly yang masih kosong maka Putri duduk di sebelahnya.

“ Halo, nama kamu siapa?” tanya Putri pada Shelly sambil mengulurkan tangannya.

“ Shelly,” jawabnya dengan singkat, padat, dan jelas.

****

Tiga bulan sudah Putri pindah ke sekolah itu. Ia pun semakin dekat dengan Shelly bukan karena Shelly duduk sebangku dengannya tetapi karena ia merasa nyaman dan nyambung berbicara dengan Shelly. Selain dekat dengan Shelly, ia pun dekat dengan Dhita, mereka bertiga sering berpergian bersama baik itu di sekolah maupun di luar sekolah. Karena itulah, mereka bertiga mendapat julukan baru dari teman-teman di sekolahnya yaitu “Trio Macan”.

Tetapi beberapa bulan belakangan ini Dhita merasa ada yang aneh, Shelly sudah jarang mengunjunginya ke kelas. Padahal dulu dia lah yang sangat bersemangat mengunjungi dirinya saat istirahat untuk mengajaknya ke kantin bersama. Sekarang ia lebih sering ke kantin seorang diri, bukan karena ia menjauhi Shelly melainkan ia tidak pernah menemukan sahabatnya itu di kelasnya pada jam istirahat. Beberapa kali Dhita mencoba menghubungi Shelly tapi tidak pernah terhubung.

****

Sudah seharian Dhita mengurung diri di kamarnya, perasaan takut mulai merasuki hati dan pikiran Dhita. Ia terus menerus memikirkan Shelly. Ia takut kehilangan satu-satunya sahabat terbaiknya. Sedetik kemudian ia mulai menangis. Air mata terus mengalir membasahi pipinya.

Matahari mulai menyinari wajahnya dan ia mulai terbangun dari tidurnya. Ternyata karena lelah menangis semalaman maka ia langsung tertidur.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.50, Dhita mulai bergegas pergi ke sekolah. Di gerbang sekolah ia berpapasan dengan Shelly, dan Shelly langsung menyapanya. Dhita merasa sangat senang mendengar hal itu, karena itulah yang ia tunggu selama ini, kembali dekat dengan Shelly. Mereka bericara di pinggir lapangan. Merasa ini adalah kesempatan yang tepat, Dhita bertanya kepada Shelly mengenai kejadian belakangan ini.

“Shel, gw mau tanya sesuatu sama lu, kenapa sih belakangan ini lu menghindar dari gw? Gw ada salah sama lu? Kalo ada salah gw minta maaf sama lu,” tanya Dhita, sambil menahan air matanya agar tidak jatuh.

“Lu nggak salah kok, Dhit. Gw yang salah. Gw sadar belakangan ini gw udah jarang main sama lu dan lebih sering sama Putri. Tapi gw nggak bermaksud buat menjauh dari lu, cuma sekarang gw merasa lebih nyaman sama Putri. Lu jangan salah paham, karena selamanya lu tetap teman terbaik gw. Gw akan berusaha lebih adil lagi sama lu berdua,” jelas Shelly.

Mendengar hal itu, Dhita yang tidak bisa menahan air matanya langsung pergi meninggalkan Shelly di pinggir lapangan.

****

Semenjak mendengar penjelasan Shelly, Dhita benar-benar hancur, karena Shelly yang sudah ia anggap sebagai sahabat terbaiknya, meninggalkannya. Ia benar-benar kecewa. Bahkan ia sempat berpikir untuk tidak lagi memiliki seorang teman karena menurutnya hidup seorang diri tanpa teman akan lebih baik dibandingkan harus ditinggalkan seorang teman.

Selang beberapa lama, Dhita mulai berpikir untuk bangkit kembali. Di sekolah ia mulai bersosialisasi dengan teman-teman di kelasnya. Lama kelamaan ia mulai kembali seperti Dhita yang dulu, seorang yang periang. Ia banyak mendapatkan teman-teman baru yang tidak ia dapatkan saat ia masih dekat dengan Shelly. Dulu saat bersama Shelly, teman-temannya di sekolah tidak begitu banyak karena ia berpikir memiliki seorang teman sudah cukup tetapi, setelah ia mengalami peristiwa ini, ia merasa bersyukur karena ia bisa mengenal lebih banyak orang.

****

Bel sekolah berbunyi sebanyak empat kali, itu berarti waktunya pelajaran hari ini berakhir. Murid – murid langsung membereskan buku pelajaran mereka dan bergegas keluar kelas. Dalam seketika, kelas langsung sepi hanya Dhita yang masih berada di dalam kelas. Tiba-tiba ponselnya berbunyi, setelah ia lihat ternyata mamanya menelpon.

“ Halo, kenapa ma?” jawab Dhita, sambil memasukan buku-bukunya ke dalam tas.

“ Kamu pulang sekolah langsung pulang yah! Soalnya tante kamu dari Semarang mau datang,” beritahu mamanya.

“ Iya ma, ni aku baru mau pulang,” jawab Dhita, yang kemudian langsung memutus pembicaraan dengan mamanya.

Saat ingin keluar kelas, ia melihat Shelly duduk seorang diri di pinggir lapangan. Ia ingin sekali menyapanya, tapi memorinya langsung lari pada pembicaraan mereka saat itu di pinggir lapangan. Mengingat hal itu, ia langsung mengurungkan niatnya.

Baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba ada yang memanggilnya.

“ Dhita,,,,”

Dhita mengenal suara itu, dan langsung menengok. Ternyata tebakkannya benar, itu suara Shelly.

“ Dhit, gw boleh ngomong sebentar gak sama lu?” tanya Shelly.

“Ngomong apa? Gw lagi buru-buru ni, nyokap gw nyuruh gw pulang cepat,” jawab Dhita sekenanya.

“ Gw mau minta maaf, karena gw nggak nepatin janji gw untuk bersikap lebih adil sama lu,” pintanya dengan wajah yang penuh penyesalan.

Seketika kerongkongannya tercekat. Sambil menahan air matanya agar tidak jatuh,Dhita berkata, “ Lu nggak perlu minta maaf sama gw, justru gw yang mau ngucapin terima kasih sama lu. Berkat lu gw jadi bisa lebih kenal sama banyak orang dan sekarang hidup gw jadi lebih berwarna dengan kehadiran teman-teman baru gw. Thanks, karena selama ini lu udah mau jadi teman gw.”

“Dhit,,” panggil Shelly.

Dhita pun langsung menghentikan langkahnya.

“ Gw cuma pengen lu tau, gw senang berteman sama lu, dan lu selamanya tetap teman terbaik gw,” jelas Shelly.

Dhita yang mendengar hal tersebut, hanya tersenyum dan melangkah pergi meninggalkan Shelly seorang diri. Shelly langsung terisak mendengar perkataan sahabatnya tersebut. Dan hanya ada satu kata yang keluar dari mulutnya.

“Maaf.”


Matahari begitu terik, keringat mulai mengalir membasahi dahi. Debu yang berterbangan mulai memasuki mata dan menyesakan pernafasan…

“ Aduh, Dhita mana sih? Uda setengah jam nih gw nungguin dia. Awas aja kalo dy sampe nggak jadi datang!” keluh Selly dengan jengkel.

Sesaat kemudian Shelly pun datang dengan napas tersengal-sengal.

“ Sorry, Sell… tadi gua abis nganterin ade gw ngeles dulu trus hp gw mati. Jadinya gw nggak bisa kasih kabar ke lu. Sorry yah.. Ntar gw traktir baso bang Mamat deh!” pinta Dhita kepada Shelly dengan setengah memohon.

Akhirnya, mereka berdua berjalan masuk ke suatu pusat perbelanjaan di daerah Jakarta Barat. Mereka memasuki sebuah toko buku dan mulai mencari-cari buku yang mereka inginkan. Tujuan mereka kali ini memang untuk membeli sebuah buku. Setelah hampir setengah jam mereka berdua mengelilingi toko buku tersebut, akhirnya mereka menenukan buku yang mereka cari dan langsung bergegas menuju meja kasir. Dengan muka dan perasaan riang mereka pulang ke rumah mereka masing-masing.

****

“Kringgggggggg……..”

Jam beker di kamar Dhita sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu, tetapi belum ada tanda-tanda dari Dhita untuk beranjak dari tempat tidurnya. Karena sudah jam sudah menunjukkan pukul 07.00 dan Dhita belum kelihatan batang hidungnya, maka mama Dhita langsung turun tangan membangunkan Dhita. Mama Dhita terus memanggil nama Dhita dengan maksud agar Dhita segera bangun dan segera pergi ke kamar Dhita. Digoyang-goyangkannya tubuh anaknya sambil dipanggil-panggil agar segera bangun.

“Dhitaaa..Dhitaaa..bangun..,” teriak mamanya

Dengan setengah sadar Dhita menjawab,“ Apa sih Ma, aku masih ngantuk..”

“ Bangun..kamu mau sekolah jam berapa? sekarang udah jam setengah tujuh. Kamu mau telat masuk sekolah lagi?” sahut mama Dhita sambil memercikan air ke wajah anaknya.

Mamanya selalu melakukan hal tersebut kepada Dhita. Karena ia tahu anaknya sangat sulit dibangunkan jika sedang tidur. Setelah hampir sepuluh menit berjuang membangunkan Dhita, akhirnya Dhita mulai beranjak menuju kamar mandi.

****

Jam menunjukkan pukul 07.10, gerbang sekolah belum ditutup. Dhita yang melihat hal itu dari kejauhan merasa sangat beruntung karena biasanya pukul 07.05 saja gerbang sudah ditutup oleh satpam sekolah yang mukanya mirip suami Inul Dartista yang pastinya dengan kumis tebal itu. Setelah melewati gerbang sekolah, Dhita merasa aman karena itu berarti ia tidak akan kena hukuman. Baru beberapa langakah dari gerbang sekolah tiba-tiba ada yang memanggilnya.

“ Dhita!!!” teriak guru piket, yang saat itu kebetulan adalah guru tergalak di sekolahannya, Ibu Sitompul.

Mendengar ada yang memanggil namanya Dhita langsung menengok. Dan, ia sangat kaget ketika tahu yang memanggilnya adalah Ibu Sitompul.

Langsung detik itu juga Dhita mendapatkan hukuman karena keterlambatannya yaitu di jemur ditengah lapangan selama tiga jam pelajaran dan tentunya bersama sepuluh anak telat lainnya.

****

Jam istirahat telah tiba dan itu berarti hukuman Dhita telah usai. Ia langsung bergegas menuju kelasnya dan langsung disambut meriah oleh teman-temannya karena Dhita sudah langganan di hukum karena telat dan ini adalah hukumannya yang ke delapan selama hampir satu semester ia menjadi anak kelas X.

Seperti biasa saat istirahat berlangsung Shelly, sahabat Dhita datang berkunjung ke kelas Dhita karena mereka berbeda kelas, atau sebaliknya. Shelly yang melihat wajah Dhita, merasa bingung karena wajah temannya tersebut merah dan badannya bau matahari.

“ Dhit, abis ngapain lu? Muka lu merah merona begitu? Abis ditembak sama tukang parkir depan sekolah yah? Udah gitu badan lu kenapa wangi matahari gini?” tanya Shelly setengah meledek, sambil mencium-cium baju Dhita yang bau matahari.

“ Yeahh,, ngeledek lu! Gw ni abis di hukum sama Bu Sitompul gara-gara telat. Lu sih, bukannya ngingetin gw kalo hari ini Bu Sitompul piket, jadinya kan gw kena hukum,” sergah Dhita dengan nada suara yang meninggi karena kesal pada Shelly karena mengejeknya .

“Lohhh, kok jadi gw yang disalahin. Lagian kan uda jadi kebiasaan lu telat datang ke sekolah,” bela Shelly, sambil tersenyum geli dan mengajak Dhita ke kantin karena cacing di perutnya sudah bernyanyi.

****

Jam istirahat sudah hampir habis, Dhita dan Shelly segera bergegas menuju kelas. Saat dalam perjalanan menuju kelas, mereka mendengar berita bahwa besok akan nada murid baru yang masuk sekolah mereka. Mendengar hal ini Dhita dan Shelly sangat senang dan berharap murid baru tersebut adalah cowok karena menurut mereka sekolah mereka sedang mengalami krisis cowok ganteng semenjak teman satu angkatan mereka yang bernama Jason, keluar dari sekolah mereka gara-gara selalu diganggu oleh hampir seluruh kaum cewek di sekolah sehingga ia merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk keluar dari sekolah. Semenjak kepergian Jason, Dhita dan Shelly merasa kehidupan mereka selama satu tahun ke depan akan suram, setidaknya sampai angkatan baru masuk ke sekolah mereka.

****

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Dhita dan Shelly akhirnya tiba. Siswa baru tersebut akan datang, mereka berdua harap-harap cemas. Bel masuk berbunyi. Hari ini, Dhita mencatatkan rekor, pukul 06.45 sudah ada di kelas. Teman – teman sekelasnya terkaget-kaget melihat Dhita sudah ada di kelas sebelum bel masuk berbunyi. Jangankan teman-temannya, mamanya pun terheran-heran melihat sikap anaknya hari ini. Ia memang sengaja datang dan berangkat ke sekolah lebih pagi agar tidak kehilangan kesempatan melihat murid baru di sekolahnya. Setelah renungan pagi selesai, Dhita belum melihat tanda-tanda kehadiran murid baru itu di kelasnya. Kemudian ia langsung mengirim sms kepada Shelly untuk menanyakan apakah murid baru tersebut masuk di kelasnya. Dan ternyata benar. Murid baru tersebut dmasukkan di kelasnya Shelly. Dhita sedikit kecewa, padahal ia sengaja datang pagi untuk melihat murid baru tesebut. Tetapi, setelah Shelly mengirim sebuah pesan, Dhita langsung lemas seketika.


dulu katanya jangan sampe pertemanan kita putus....
tapi setelah masuk kuliah makin jarang gw ma dy ketemu..uda jarang ngobrol... sampe sekarang bener2 lost contact ma dy... sama sekali nggak pernah ngehubungin..
Benar2 mengecewakan....mana janji dia yang bilang kita bakal terus berteman...
gw jadi mempertanyakan arti dan keberadaan seorang teman sejati yang katanya ada di saat kita suka maupun duka?


gara2 tuh tugas gw jadi nggak bisa belajar bwt UAS.. padahal kan gw mau menaikkan IP gw biar bisa 3,5...Aminnnn...
udah cape hunting ditambah harus di edit di photoshop segala dan biaya print digitalnya yang mahal. huhh....
ternyata benar yah kata orang.. mata kuliah fotografi itu membutuhkan modal yang besar..
gw baru dapet mata kuliah fotografi aja nyokap udah ngoceh gara2 keluar duit mulu.. gmn gw masuk DKV.. bisa makan sehari sekali gw.......
huh..fotografi cepat lah berlalu......