twitter


Matahari begitu terik, keringat mulai mengalir membasahi dahi. Debu yang berterbangan mulai memasuki mata dan menyesakan pernafasan…

“ Aduh, Dhita mana sih? Uda setengah jam nih gw nungguin dia. Awas aja kalo dy sampe nggak jadi datang!” keluh Selly dengan jengkel.

Sesaat kemudian Shelly pun datang dengan napas tersengal-sengal.

“ Sorry, Sell… tadi gua abis nganterin ade gw ngeles dulu trus hp gw mati. Jadinya gw nggak bisa kasih kabar ke lu. Sorry yah.. Ntar gw traktir baso bang Mamat deh!” pinta Dhita kepada Shelly dengan setengah memohon.

Akhirnya, mereka berdua berjalan masuk ke suatu pusat perbelanjaan di daerah Jakarta Barat. Mereka memasuki sebuah toko buku dan mulai mencari-cari buku yang mereka inginkan. Tujuan mereka kali ini memang untuk membeli sebuah buku. Setelah hampir setengah jam mereka berdua mengelilingi toko buku tersebut, akhirnya mereka menenukan buku yang mereka cari dan langsung bergegas menuju meja kasir. Dengan muka dan perasaan riang mereka pulang ke rumah mereka masing-masing.

****

“Kringgggggggg……..”

Jam beker di kamar Dhita sudah berbunyi dari lima belas menit yang lalu, tetapi belum ada tanda-tanda dari Dhita untuk beranjak dari tempat tidurnya. Karena sudah jam sudah menunjukkan pukul 07.00 dan Dhita belum kelihatan batang hidungnya, maka mama Dhita langsung turun tangan membangunkan Dhita. Mama Dhita terus memanggil nama Dhita dengan maksud agar Dhita segera bangun dan segera pergi ke kamar Dhita. Digoyang-goyangkannya tubuh anaknya sambil dipanggil-panggil agar segera bangun.

“Dhitaaa..Dhitaaa..bangun..,” teriak mamanya

Dengan setengah sadar Dhita menjawab,“ Apa sih Ma, aku masih ngantuk..”

“ Bangun..kamu mau sekolah jam berapa? sekarang udah jam setengah tujuh. Kamu mau telat masuk sekolah lagi?” sahut mama Dhita sambil memercikan air ke wajah anaknya.

Mamanya selalu melakukan hal tersebut kepada Dhita. Karena ia tahu anaknya sangat sulit dibangunkan jika sedang tidur. Setelah hampir sepuluh menit berjuang membangunkan Dhita, akhirnya Dhita mulai beranjak menuju kamar mandi.

****

Jam menunjukkan pukul 07.10, gerbang sekolah belum ditutup. Dhita yang melihat hal itu dari kejauhan merasa sangat beruntung karena biasanya pukul 07.05 saja gerbang sudah ditutup oleh satpam sekolah yang mukanya mirip suami Inul Dartista yang pastinya dengan kumis tebal itu. Setelah melewati gerbang sekolah, Dhita merasa aman karena itu berarti ia tidak akan kena hukuman. Baru beberapa langakah dari gerbang sekolah tiba-tiba ada yang memanggilnya.

“ Dhita!!!” teriak guru piket, yang saat itu kebetulan adalah guru tergalak di sekolahannya, Ibu Sitompul.

Mendengar ada yang memanggil namanya Dhita langsung menengok. Dan, ia sangat kaget ketika tahu yang memanggilnya adalah Ibu Sitompul.

Langsung detik itu juga Dhita mendapatkan hukuman karena keterlambatannya yaitu di jemur ditengah lapangan selama tiga jam pelajaran dan tentunya bersama sepuluh anak telat lainnya.

****

Jam istirahat telah tiba dan itu berarti hukuman Dhita telah usai. Ia langsung bergegas menuju kelasnya dan langsung disambut meriah oleh teman-temannya karena Dhita sudah langganan di hukum karena telat dan ini adalah hukumannya yang ke delapan selama hampir satu semester ia menjadi anak kelas X.

Seperti biasa saat istirahat berlangsung Shelly, sahabat Dhita datang berkunjung ke kelas Dhita karena mereka berbeda kelas, atau sebaliknya. Shelly yang melihat wajah Dhita, merasa bingung karena wajah temannya tersebut merah dan badannya bau matahari.

“ Dhit, abis ngapain lu? Muka lu merah merona begitu? Abis ditembak sama tukang parkir depan sekolah yah? Udah gitu badan lu kenapa wangi matahari gini?” tanya Shelly setengah meledek, sambil mencium-cium baju Dhita yang bau matahari.

“ Yeahh,, ngeledek lu! Gw ni abis di hukum sama Bu Sitompul gara-gara telat. Lu sih, bukannya ngingetin gw kalo hari ini Bu Sitompul piket, jadinya kan gw kena hukum,” sergah Dhita dengan nada suara yang meninggi karena kesal pada Shelly karena mengejeknya .

“Lohhh, kok jadi gw yang disalahin. Lagian kan uda jadi kebiasaan lu telat datang ke sekolah,” bela Shelly, sambil tersenyum geli dan mengajak Dhita ke kantin karena cacing di perutnya sudah bernyanyi.

****

Jam istirahat sudah hampir habis, Dhita dan Shelly segera bergegas menuju kelas. Saat dalam perjalanan menuju kelas, mereka mendengar berita bahwa besok akan nada murid baru yang masuk sekolah mereka. Mendengar hal ini Dhita dan Shelly sangat senang dan berharap murid baru tersebut adalah cowok karena menurut mereka sekolah mereka sedang mengalami krisis cowok ganteng semenjak teman satu angkatan mereka yang bernama Jason, keluar dari sekolah mereka gara-gara selalu diganggu oleh hampir seluruh kaum cewek di sekolah sehingga ia merasa tidak nyaman dan memutuskan untuk keluar dari sekolah. Semenjak kepergian Jason, Dhita dan Shelly merasa kehidupan mereka selama satu tahun ke depan akan suram, setidaknya sampai angkatan baru masuk ke sekolah mereka.

****

Hari yang ditunggu-tunggu oleh Dhita dan Shelly akhirnya tiba. Siswa baru tersebut akan datang, mereka berdua harap-harap cemas. Bel masuk berbunyi. Hari ini, Dhita mencatatkan rekor, pukul 06.45 sudah ada di kelas. Teman – teman sekelasnya terkaget-kaget melihat Dhita sudah ada di kelas sebelum bel masuk berbunyi. Jangankan teman-temannya, mamanya pun terheran-heran melihat sikap anaknya hari ini. Ia memang sengaja datang dan berangkat ke sekolah lebih pagi agar tidak kehilangan kesempatan melihat murid baru di sekolahnya. Setelah renungan pagi selesai, Dhita belum melihat tanda-tanda kehadiran murid baru itu di kelasnya. Kemudian ia langsung mengirim sms kepada Shelly untuk menanyakan apakah murid baru tersebut masuk di kelasnya. Dan ternyata benar. Murid baru tersebut dmasukkan di kelasnya Shelly. Dhita sedikit kecewa, padahal ia sengaja datang pagi untuk melihat murid baru tesebut. Tetapi, setelah Shelly mengirim sebuah pesan, Dhita langsung lemas seketika.

0 komentar:

Posting Komentar